MACAM-MACAM SKALA PENGUKURAN
1.
Skala Likert
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan
skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala
Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai
sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:
1.
Sangat
setuju
|
1.
Sering
|
1.
Sangat
positif
|
2.
Setuju
|
2.
Kadang-kadang
|
2.
Positif
|
3.
Ragu-ragu
|
3.
Tidak
pernah
|
3.
Negatif
|
4.
Tidak
setuju
|
4.
Sangat
negatif
|
|
5.
Sangat
tidak setuju
|
5.
Sangat
baik
|
|
6.
Baik
|
||
7.
Tidak baik
|
||
8.
Sangat
tidak baik
|
1. Setuju/
selalu/ sangat positif diberi skor
5
2. Setuju/
sering/ positif diberi
skor
4
3. Ragu-ragu/
kadang-kadang/ netral diberi
skor
3
4. Tidak
setuju/ hampir tidak pernah/ negatif diberi skor 2
5. Sangat tidak
stuju/ tidak pernah/ diberi
skor
1
Instrumen
penelitian yang menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist
ataupun pilihan ganda.
- Contoh Bentuk Checklist
Berilah jawaban pernyataan berikut sesuai dengan
pendapat anda, dengan cara memeberi tanda (√) pada kolom yang tersedia.
No.
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
||||
SS
|
ST
|
RG
|
TS
|
STS
|
||
1
2
|
Sekolah
ini akan menggunakn teknologi informasi dalam pelayanaan administrasi dan
akademik
…………………………………
|
√
|
SS = Sangat Setuju
diberi skor 5
ST
=
Setuju
diberi skor 4
RG
=
Ragu-Ragu
diberi skor 3
TS
= Tidak
setuju
diberi skor 2
STS
= Sangat Tidak
Setuju diberi
skor 1
2. Contoh bentuk plihan ganda
Berilah salah satu jawaban terhadap pertanyaan berikut
sesua dengan pendapat anda, dengan cara member tanda lingkaran nomor jawaban
yang tersedia.
Kurikulum
baru tu akan segera diterapkan di lembagaan pendidikan anda?
a. Sangat tidak
setuju
b. Tidak setuju
c. Ragu-ragu/
netral
d. Setuju
e. Sangat
setuju
Dengan
bentuk pilihan ganda itu, maka jawaban dapat diletakkan pada tempat yang berbeda-beda.
Dalam
penyusunan instrument untuk variabel tertentu sebaiknya butir-butir pertanyaan
dibuat dalam bentuk kalimat positif netral atau negatif, sehungga responden
dapat mejawa dengan serius dan konsisten. Dengan cara demikian maka
kecenderungan responden untuk menjawab pada kolom tertent dari bentuk checklist
dapat dikurangi. Dengan model ini juga responden akan selalu membaca pertanyaan
setiap instrument dan juga jawabannya. Pada bentuk checklist sering jawaban
tidak dibaca, karena letak jawabanna sudah menentu. Tetapi dengan bentuk
checklis, maka akan didapat keuntungan dalam hal ini sangat singkat dalam
pembuatannya, hemat kertas, mudah mentabulasikan data, dan secara visual lebih
menarik. Data yang diperoleh dari skala tersebut adalah berupa data
internal.
Skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Sedangkan pada evaluasi, skala likert
digunakan untuk:
·
Menilai keberhasilan suatu kebijakan atau program
·
Menilai manfaat pelaksanaan suatu kebijakan atau
program
·
Mengetahui kepuasan stakeholder terhadap pelaksanaan
suatu kebijakan atau program
·
dll
*
Kelebihan:
·
Mudah dibuat dan di terapkan.
·
Terdapat kebebasan dalam memasukan pertanyaan-
pertanyaan, asalkan sesuai dengan konteks permasalahan.
·
Jawaban suatu item dapt berupa alternative, sehingga
informasi mengenai item tersebut diperjelas.
·
Reliabilitas pengukuran bisa diperoleh dengan jumlah
item tersebut diperjelas
*
Kekurangan:
·
Karena ukuran yang digunakan adalah ukuran ordinal,
skala Likert hanya dapat mengurutkan individu dalam skala, tetapi tidak dapat
membandingkan berapa kali satu individu lebih baik dari individu yang lain.
·
Kadangkala total skor dari individu tidak memberikan
arti yang jelas, karena banyak pola respons terhadap beberapa item akan
memberikan skor yang sama. Adanya kelemahan di atas sebenarnya dapat dipikirkan
sebagai error dari respons yang terjadi
*
Prosedur
dalam membuat skala Likert adalah sebagai berikut:
1. Peneliti mengumpulkan bahan-bahan yang relevant
dengan masalah yang sedang diteliti
2. Menyusun Blue Print untuk memandu penyusunan alat ukur
3. Membuat item-item yang akan diuji sesuai dengan panduanUji coba item kepada sekelompok
responden yang cukup representatif dari populasi yang ingin diteliti. Responden
di atas diminta untuk mengecek tiap item, apakah ia menyenangi (+) atau tidak
menyukainya (-). Respons tersebut dikumpulkan dan jawaban yang memberikan
indikasi menyenangi diberi skor tertinggi. Tidak ada masalah untuk memberikan
angka 5 untuk yang tertinggi dan skor 1 untuk yang terendah atau sebaliknya.
Yang penting adalah konsistensi dari arah sikap yang diperlihatkan. Demikian
juga apakah jawaban “setuju” atau “tidak setuju” disebut yang disenangi,
tergantung dari isi pertanyaan dan isi dari item-item yang disusun.
4. Setelah item
di uji coba kepada responden, lalu diuji tingkat validitas dan reabilitas dari item-item tersebut.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan kevalidan atau kesa
hihan suatu instrumen sedangkan reliabilitas merupakan penilaian tingkat
konsistensi terhadap hasil pengukuran bila dilakukan multiple measurement pada
sebuah variabel suatu alat ukur dikatakan reliabel jika alat ukur tidak
berubah.
*
Uji
Validitas
Uji
validitas dilakukan dengan metode Pearson yaitu dengan mengkorelasikan skor
item kuesioner dengan skor totalnya. Langkah-langkah pelaksanaannya adalah
sebagai berikut:
·
Menghitung dan menjumlahkan skor tiap subyek
·
Mengkorelasikan skor tiap-tiap item dengan skor total
yang diperoleh setiap subyek
·
Nilai r hitung dibandingkan dengan r tabel. Pilihlah
item yang r hitungnya positif dan lebih besar dari r tabel
·
Biasanya dapat juga menggunakan patokan r minimal 0,3
·
Buang item yang r hitungnya kurang dari r tabel atau
kurang dari 0,3 dan hitung kembali korelasinya hingga r hitung semua item lebih
dari r tabel atau lebih dari 0,3
·
Item yang memiliki nilai r hitung >0,3 maka item
tersebut dinyatakan valid
* Uji Reabilitas
Metode yang
dapat digunakan pada uji reabilitas adalah metode Croncbach’s Alpha. Penghitungan
Cronbach’s Alpha dilakukan dengan menghitung rata-rata interkorelasi
diantara butir-butir pernyataan dalam kuesioner. Variabel dinyatakan reliabel
jika alphanya lebih dari 0,3.
1.
Setelah item terpilih didapatkan, maka langkah
selanjutnya adalah penskalaan respon.
Penskalaan respon merupakan prosedur penempatan sejumlah alternatif respon tiap
item pada suatu kontinum kuantitatif sehingga didapatkan angka sebagai skor
masing-masing alternatif respon
2.
Teknik
Skoring
Setelah nilai tiap faktor diketahui maka dilakukan
teknik skoring. Teknik skoring dilakukan untuk memperoleh data kuantitatif.
Tahapan dalam terbagi menjadi 4 tahap yaitu :
1. Pentabulasian
hasil kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
2. Penyesuaian
nilai dari tiap-tiap faktor dengan skala pengukuran likert yang digunakan.
3.
Menghitung
nilai indeks dari tiap-tiap faktor, dengan cara masing-masing jawaban dikalikan
dengan bobot/skoring jawabannya.
4. Hasil
skoring dikembalikan lagi pada nilai skala respon untuk menghasilkan
interpretasi
Skala likert
hanya salah satu teknik dalam evaluasi perencanaan dan masih banyak lagi teknik
analisa yang dapat dipergunakan.
2. Skala Guttman
Skala pengkuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban
yang tegas, yaitu “ya-tidak”, “benar-salah”, “penah-tidak pernah”,
positif-negatif” dan lain-lain. Data yang diperboleh dapat berupa data interval
atau rasio dikhotomi (dua alteratif). Jadi kalau pada skala Likert terdapat 3,
4, 5, 6, 7 interval dri kata “sangat setuju” sampai “sangat tidak setuju”maka
pada dalam skala Guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju”atau “tidak
setuju”.
Contoh:
1)
Bagaimana pendapat anda, bila orang itu menjabat Kepala sekolah disini?
1.
Setuju
2.
Tidak setuju
2)
Pernakah Penilik Sekolah melakukan pemeriksaan di ruang kelas anda?
1.
Tidak pernah
2.
Pernah
Skala
Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam
bentuk checklist. Jawaban yang dapat diskor tertinggi satu dan terendah nol.
3.
Semantic Defferensial
Skala pegukuran yang berbenuk semantic defferensial di
kembangkan oleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya
bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu
garis kontinum yang jawaban “sangat positifnya”, terletak dibagian kanan garis,
dan jawaban yang “sangat negatif” terletak di bagian kiri garis atau
sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini
digunakan untuk mengukur sikap/ karakteristik tertentu yang dipunyai oleh
seseorang. Contoh:
Mohon diberi nilai gaya kepemimpinan Kepala Sekolah
|
Bersahabat
5
4
3 2
1 Tidak bersahabat
Tepat
janji
5
4
3 2
1 Lupa janji
Bersaudara
5
4
3 2
1 Memusuhi
Memberi
pujian
5
4
3
2
1 Mencela
Mempercayai
5
4
3
2
1 Mendominasi
Responden
dapat memberi jawaban, pada rentang jawaban yang positif sampai negatif.
Responden yang member penilaian pada angka 5 berarti menilai Kepala Sekolah
sangat negatif dan sebaliknya.
4.
Rating Scale / Skala Penilaian
Dari ketiga skala pengukuran seperti yang telah
dikemukaan data yang diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian
dikuantitatifkan. Tetapi dengan rating-scale data mentah yang diperoleh berupa
angka kemudan ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
Responden menjawab, senang atau tidak senang, setuju atau tidak setuju,
penah-tidak pernah adalah merupakan data kualitatif. Dalam skala model rating
scale, responden tidak akan menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah
disedikan.Oleh karena itu rating scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas
untuk pengukuran sikap saja tetapi untuk mengukur status sosial ekonomi,
kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan, dan lain-lain.
Yang penting bagi penyusunan instrument dengan rating
scale adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada
alternative jawaban setiap item instrument.
Data dari pengukuran skilap dengan skala sikap adalah
bentuk dari tada interval, demikian juga dalam pengukuran tata ruang. Tetapi
data hasil dari pengukuran penambahan pengetahuan seperti tersebut diatas akan
menghasilkan ratio.
*
* Jenis Rating
Scale
Ada beberapa jenis skala rating yang dapat digunakan,
yaitu :
a.
Skala grafis
Menggunakan
garis lurus horizontal ataupun kadang vertikal dalam penyajiannya. Misalnya
:

b.
Skala Numeris
Angka dalam
kebanyakan skala rating digunakan sebagai anchor, tetapi penggunaan angka ini
harus didefinisikan secara jelas. Di depan ataupun di belakang setiap deskripsi
disediakan ruang untuk membubuhkan tanda (biasanya tanda √) yang menunjukkan kesesuaiannya
dengan subjek yang diamati. Bentuk numeris ini kadang disertai bentuk grafis,
sehingga observer atau rater hanya menandai angka yang menjadi pilihannya. Misalnya skala enam jenjang utk
mengukur orientasi pelayanan pelanggan :

Atau :
1. Bagaimanakah partisipasi peserta didik dalam
diskusi kelas? 1 2 3 4 5
2. Bagaimanakah hubungan peserta didik
dengan kelompoknya? 1 2 3 4 5
Catatan:
1 = tidak memuaskan
2 = di bawah rata-rata.
3 = rata-rata
4 = di atas rata-rata
5 = sempurna
c. Standard Rating
Bentuk
rating ini sering juga disebut sebagai skala presentase. Anchor presentase
meminta observer merating subjek ke dalam suatu kontinum yang bergerak dari 0
s/d 100, dalam perbandingan dengan subjek amatan lain atau kelompok khusus.
Misalnya mengukur interpersonal persuasiveness ability :

d.
Cumulated Points Rating
Aitem yang
disusun merupakan indikator suatu trait yang akan diukur. Skor akhir skala
merupakan penjumlahan kelseluruhan aitem. Misalnya, bagaimana seorang pemilik
toko mengobservasi kemampuan pegawainya dalam memberikan pelayanan pada
konsumen :

e. Force Choice Rating
Bentuk ini
biasanya digunakan dalam bidang militer atau bisnis. Observer diminta memilih
kalimat yang menggambarkan kondisi subjek amatan. Misalnya:

f. Semantic
Differential
Skala ini
menggunakan pasangan kata sifat yang berlawanan dalam memberikan rating. Secara
ringkas penyusunan skala sbb :
o
Pilih suatu konsep yang akan diamati
o
Tentukan pasangan kata sifat yang akan digunakan
o
Susun kutub pasangan kata tersebut secara random
Misalnya :

*
Kelebihan
Rating Scale
-
Mudah
penggunaannya.
-
Dapat
mengetahui intensitas dan gambaran keadaan suatu perilaku/kejadian.
-
Dapat
digunakan untuk mengkonfirmasikan antara realitas dengan persepsi subjektif
rater.
*
Kekurangan
Rating Scale
Observer dapat melakukan kesalahan dalam membuat
kesimpulan, antara lain :
º Error of
leniency : terlalu longgar
º Error of
central tendency : cenderung ke pusat skala
º Hallo effect
: terkesan hal umum
º Error of
logic : cenderung sama karena dianggap berhubungan
º Error of
contast : memiliki dua arah
º Ketidakjelasan
dalam penggunaan istilah
º Social
desirability effect : secara sosial lebih diterima
º Skala rating
tidak memberi informasi sebab terjadinya perilaku
º The
generosity effect : terjadi ketika ragu-ragu
º Carry over
effect : tidak memisahkan gejala
5.
Skala Thurstone
Skala Thurstone adalah skala yang
disusun dengan memilih butir yangberbentuk skala interval. Setiap butir
memiliki kunci skor dan jika diurut, kunciskor menghasilkan nilai yang berjarak
sama. Skala Thurstone dibuat dalambentuk sejumlah (40-50) pernyataan yang
relevan dengan variabel yang hendak diukur kemudian sejumlah ahli (20-40)
orang menilai relevansi pernyataan itudengan
konten atau konstruk yang hendak diukur. Adapun contoh skalapenilaian
model Thurstone adalah seperti gambar di bawah ini.Nilai 1 pada skala di atas
menyatakan sangat tidak relevan, sedangkan nilai 11menyatakan sangat relevan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar